Bromo

Bromo
Bromo

Senin, 17 Agustus 2020

1 SEMESTER DI TAHUN 2020 - PART 1

AWAL TAHUN DI YOGYAKARTA  

            Awal tahun masehi 2020, seperti tahun-tahun sebelumnya saya berada di Yogyakarta. Kali ini saya menginap di Hotel Amaris yang berada di wilayah Jalan Malioboro tepatnya di Jalan Pajeksan No. 10 Malioboro, Yogyakarta. Saya pesan kamar ini melalui website agoda, dengan mendapat potongan harga sebesar 10 persen. Lumayan bisa mengurangi pembayaran dan lumayan menghemat pengeluaran. 

            Untuk melakukan pemesanan hotel melalui situs Agoda kita harus memiliki kartu kredit, karena pembayarannya harus melalui kartu kredit. Ada kelebihan dalam masalah pembayarannya yaitu, pembayaran pada kartu kreditnya dapat dipilih beberapa hari sebelum tanggal pemesanan, sehingga bila kita melakukan pembatalan sebelum tanggal tersebut tidak ada pemotongan.

            Perjalanan dari Jakarta ke kota Yogyakarta bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi, sebaiknya memang menggunakan transportasi umum seperti Kereta Api. Perjalanan dengan menggunakan kereta api ini juga bisa menghemat waktu, karena hanya dapat ditempuh dalam waktu lebih kurang 8 jam. Kereta Api Indonesia sudah berbenah untuk masalah pelayanannya, sehingga penumpang dibuat sangat nyaman selama dalam perjalanan terutama untuk jarak jauh. 

            Semua kereta api, walau dengan fasilitas ekonomi sekalipun sudah sangat sejuk dan representatif. Suhu ruangan sudah terbilang dingin bahkan sangat dingin, sudah tidak ada lagi pedagang yang menjajahkan dagangannya baik di dalam kereta maupun di stasiun. Begitupun dengan toiletnya, sangat bersih dan sanitary yang baik serta harum. Pembenahan pelayanan ini sudah cukup lama di lakukan oleh PT. KAI. Kereta api layanan ekonomi saja sudah sangat nyaman apalagi kereta api dengan layanan eksekutif atau bahkan super eksekutif. Ada kereta api dengan pelayanan Premier, pelayanannya sangat super duper, dan tentu saja kita pun harus merogoh kocek yang lebih banyak nominalnya.

            Perbedaan fasilitas antara kereta api ekonomi dan eksekutif, hanya pada tempat duduk dan fasilitas  lainnya seperti bantal dan selimut. Kereta api ekonomi memiliki formasi duduk 3 orang dalam satu bangku dan di sisi lain 2 orang dalam satu bangku dengan letak bangku yang saling berhadapan. Tetapi ada juga kereta api ekonomi dengan formasi di kedua sisinya berisikan 2 orang dalam satu bangku. Untuk jenis yang kedua ini ada yang bangkunya berhadapan, tetapi ada juga yang tidak. Di atas tempat duduk ada tempat yang tebuat dari besi dan terbuka untuk meletakkan barang bawaan atau koper dengan posisi memanjang dari dekat pintu ke arah pintu satunya lagi.

            Sedangkan untuk kereta api layanan eksekutif tempat duduknya perorangan dan bisa distel dengan posisi tegak atau posisi rebahan. Fasilitas lainnya adalah setiap penumpang mendapatkan selimut dan bantal. Selimut dan bantal ini akan diambil oleh petugas beberapa saat sebelum memasuki stasiun akhir. Tempat meletakkan barang bawaan penumpang ada di atas posisi kursi para penumpang dalam bentuk box atau kabin yang tertutup, sehingga aman dari pencurian dan kejatuhan tas.

            Pemesanan tiket kereta api biasanya saya menggunakan aplikasi tokopedia atau KAI Access. Pada perjalanan kali ini saya menggunakan kereta api Gajah Wong. Kereta api Gajah Wong ini merupakan kereta api yang melayani penumpang kelas eksekutif dan kelas ekonomi. Dari stasiun Pasar Senen saya naik kereta api Gajah Wong dengan tiket ekonomi yang berangkat pukul 06.45 WIB dan tiba di stasiun Tugu Yogyakarta sekitar pukul 15.10 WIB. 

            Formasi duduk layanan kelas ekonomi pada kereta ini adalah dua orang dalam dalam bangku di kedua sisi kereta dan saling berhadap-hadapan . Route kereta api Gajah Wong ini adalah melayani lintas Lempuyangan - Pasar Senen atau sebaliknya dengan pemberhentian di sekitar 11 stasiun.

            Yogyakarta, adalah kota yang sangat dirindukan untuk selalu datang dan berlibur di sini. Walau hanya dengan menginap di penginapan atau hotel di sekitar Malioboro kemudian menyusuri di sepanjang Jalan Malioboro, baik ketika pagi atau sore hari, selanjutnya berlabuh di pasar Beringharjo. Entah kenapa suasana di sini selalu membuat kangen dan rindu untuk berkunjung ke kota ini. Bila sore hari para pemusik jalanan memainkan alat musik tradisionalnya sambil bernyayi dan berjoget di salah satu sisi bagian jalan Malioboro. Banyak wisatawan yang mengelilinginya untuk menyaksikan para seniman jalanan ini beraksi.

          Pagi hari setelah sarapan di hotel, biasanya saya mulai hunting Batik, baik yang masih dalam bentuk bahan maupun yang sudah menjadi pakaian baju atau rok. Saya sudah mempunyai langganan toko Batik di daerah sekitar Malioboro ini yaitu toko Soenardi. Toko ini ada di beberapa titik, di Jalan Malioboro sendiri ada 2 toko dengan lantai bertingkat, dan 2 toko lagi di pasar Beringharjo. Harganya bervariasi mulai dari delapan puluh ribuan sampai dengan harga jutaan rupiah untuk bahan kain, tergantung kualitasnya. 

         Ada bahan nbatik cap, printing dan batik tulis yang dijual di toko ini. Batik tulis dalam bentuk bahan kain ini dijual mulai dari harga dua ratus ribuan sampai jutaan rupiah, batik ini adalah batik yang selalu menjadi favourite saya untuk dijadikan koleksi atau dijadikan pakaian. Belum lengkap rasanya liburan di Yogyakarta bila pulang ke Tangerang tanpa membeli Batik ini, baik yang berbahan batik tulis maupun cap atau printing.

          Tak lengkap pula bila ke Yogyakarta tanpa menyantap kuliner khas daerah Yogyakarta yaitu Gudeg. Khusus kuliner satu ini harus disempatkan untuk menyantapnya baik ketika sarapan di pagi hari ataupun pada saat makan di malam harinya. Kuliner ini banyak dijajakan di sepanjang jalan Malioboro baik pada pagi hari maupun malam hari di atas jam 9 malam. Nasi Gudeg yang sering saya kunjungi adalah nasi gudeg yang ada di jalan Malioboro dekat dengan hotel Mutiara. 

            Di sini selain jual nasi gudeg juga menjual berbagai jenis gorengan seperti pisang goreng, tahu goreng, tempe goreng dan lainnya. Untuk mendapatkan jajanan pisang goreng atau yang lainnya, di sini kita harus rela antri karena peminatnya sangat banyak, sehingga setiap setelah diangkat dari penggorengan selalu kehabisan karena sudah untuk pesanan buat yang antri sebelumnya. Walau antri lumayan lama namun terbayarkan dengan kenikmatan yang dirasakan ketika pisang gorengnya masuk ke dalam mulut. Hmmm.. sangat gurih dan yummy.

            Setelah kuliner nasi gudeg dan gorengannya, ada lagi jajanan yang tidak terlupakan untuk dicicipi yaitu Lumpia goreng. Jajanan ini juga posisinya ada di dekat pintu keluar masuk hotel Mutiara. Untuk mendapatkan jajanan ini juga kita harus rela antri berlama-lama karena peminatnya sangat banyak. Sesuai dengan rasa yang disajikan oleh penjual sangat enak, wajarlah kalau banyak wisatawan bahkan penduduk setempat yang memesan jajanan ini. Saya pun ketagihan untuk selalu mencicipi jajanan yang satu ini. 

            Yogyakarta pada saat malam pergantian tahun sangatlah ramai, lebih ramai dari hari liburan biasanya. Jalanan di sepanjang jalan Maliboro dari sore hari sudah ditutup untuk kendaraan bemotor oleh pihak yang berwenang, sehingga kita bisa melihat lautan manusia yang tumpah ruah di sepanjang jalan ini ketika malam pergantian tahun Masehi. Tetapi saya tidak tergoda untuk ikut merayakan malam pegantian tahun Masehi ini di tengah keramaian dengan riuh rendah nya suasana di daerah sekitar Malioboro. Bunyi petasan dan kembang api walau belum terlalu malam tidak henti-hentinya terdengar dari kamar hotel tempat saya menginap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MY POST

PEMBELAJARAN GIFTED AND TALENTED

ANALISIS BUKU   PERBEDAAN PEMBELAJARAN DAN KEBUTUHAN PEMBELAJARAN I.   PENDAHULUAN   Pikirkan pengalaman belajar yang kita miliki ke...

POST BEFORE