Endometriosis ini biasa terjadi pada para wanita, jangan panik segera hubungi dokter kandungan untuk memeriksakannya. Awalnya menstruasi rutin terjadi pada siklus pendek. Sempat saya kira bahwa akan manopause dini. Empat hari saya haid lancar dan banyak, di hari kelima berhenti. Itu berlangsung sekitar beberapa bulan.
Pada awal bulan desember 2011 saya mengalami sakit yang luar biasa pada daerah perut. Ini terjadi ketika saya sedang haid hari kedua. Sakitnya luar biasa, sampai saya harus digendong oleh sahabat dan dimasukkan ke dalam taxi untuk di bawa ke unit gawat darurat salah satu rumah sakit swasta di Tangerang.
Sesampai di UGD saya didiagnosa usus buntu, infeksi saluran kemih, hamil di luar kandungan dan kista. Setelah diperiksa saya dikatakan negatif (saya juga bingung apa maksudnya), ternyata saya tidak hamil katanya (wajar karena belum menikah). Kemudian saya dimasukkan ke ruang rawat inap. Esok harinya (hari kedua) saya diradiologi tentang usus buntu, karena saya diduga usus buntu. Malam sebelumnya saya diberi minum air seperti putih kental, katanya sebagai penanda ada appendiks atau tidak ketika dirontgen.
Ternyata hasil rontgen menyatakan bahwa saya appendiksitis, dan diputuskan harus segera operasi. Di hari kedua itu saya di rumah sakit, ada sahabat yang berkunjung dan menceritakan bagaimana sakitnya serangan usus buntu yang terjadi padanya. Ketika melihat kondisi saya tidak seperti orang yang sakit (saya bisa duduk bersila ketika makan) maka beliau katakan seperti bukan usus buntu. Kemudian saya percaya apa yang beliau katakan, karena berdasarkan dari pengalaman beberapa orang.
Selanjutnya saya memutuskan untuk tidak melakukan operasi usus buntu dan minta pulang di hari ketiga. Walhasil dokter internisnya setengah marah, dengan intonasi yang agak tinggi mengatakan bahwa di perut saya ada bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Tetapi saya tetap yakin dengan keputusan saya untuk pulang karena saya sudah tidak merasa sakit lagi. Kemudian dengan persetujuan dokter bedah (otomatis melalui pemeriksaan terlebih dahulu) saya diperbolehkan pulang, dengan catatan harus kontrol beberapa hari kemudian.
Selanjutnya, tepat pada tanggal 30 Desember 2011, saya sakit lagi dan lebih parah dari sebelumnya. Ketika itu kondisinya sama saya sedang menstruasi hari ketiga. Dengan nasehat beberapa teman akhirnya saya periksa ke dokter kandungan di rumah sakit ibu dan anak Harapan Kita, Jakarta. Hasil USG begitu mengejutkan saya, bahwa di rahim saya ada banyak miom (yang terdeteksi ada tiga buah, masing-masing diameternya sekitar 2-3 cm) dan di ovarium kiri dan kanan masing-masing ada kista (endometriosis) sekitar 3,5 cm (kiri) dan 5,8 cm (kanan) serta pembengkakan uterus. Otomatis saya disarankan untuk Laparoscopy. Dan sebelum tindakan saya disuntik hormonal (endrolin) agar tidak menstruasi selama 3 bulan.
Informasi dari hasil operasi Laparoscopy, ternyata diameter 2 buah miomnya sudah mencapai sekitar 5,5 cm dan sudah diangkat. Sedangkan satu miom dengan ukuran berkisar 2 cm ditinggal, dengan alasan belum dikatakan miom kalau ukuran masih 2 cm. Pasca operasi saya kembali disuntik endrolin selama 3 bulan. Selama tiga bulan saya tidak haid. Kemudian bulan keempat saya mendapat haid. Ketika kontrol, Dokter menyampaikan bahwa selama 1 tahun pasca operasi ada kemungkinan 10% kista (endometriosis) nya kambuh lagi.
Setelah 1 tahun lebih, tepatnya pada bulan Oktober 2012 saya sakit kembali ketika haid hari kedua. Beberapa hari kemudian saya periksa ke dokter praktek. Beliau mengatakan bahwa kista (endometriosis) ada lagi dengan diameter 7 cm di ovarium kanan. Dan otomatis dokter memberikan saran "operasi".
be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar